Seharian ini merasa penat, dan tragisnya tidak bisa berbagi
atau sekedar menumpahkan perasaan yang sedang dialami pada apapun dan siapapun. Otak mendidih halah..
Alhasil sore hari tadi, tiba-tiba pengen ke suatu tempat yang dulu biasanya
saban sore ditongkrongi. Di sudut pusat kota Jogja aku tuju. Perjalanan dari
rumahku dari Sleman ke sana lumayan dekat, sekitar 30 menit maybe dengan motor.
Sendirian aku ke sana. Celakanya sore hari tersebut bebarengan dengan “kampanye”
salah satu Partai dengan gambar burung sedang berlangsung. Sepanjang jalan
mereka menemaniku dengan raungan knalpot dan klakson motor mereka..ret tet tet wor wor….
Melihat mereka antara takjub, sangar, dan sebal. Bagaimana
tidak, pertama, takjub dengan keberanian mereka mengendarai motor tanpa pelindung
helm memutari jalan dan tidak ada yang berani menegur. Kedua, sangar ketika melihat
rombongan mereka banyak yang bertubuh kekar dan penuh tato menampilkan sisi
sangar mereka, dan ketiga, sebal karena jalan mereka pelan sambil memainkan knalpot, mereka
memenuhi badan jalan. Bak seorang seniman sedang memainkan alat musiknya dengan nada nada tertentu. Bagi
sebagian orang, mereka adalah kebanggaan, bagaimana tidak di sepanjang pinggir
jalan banyak yang menanti dan menonton mereka lewat, bak karnaval jalanan. Tapi
sebagian orang lagi, tentulah mereka
adalah gangguan. Bagi saya sendiri mereka adalah hal yang menarik, ketika
melihat mereka terlihat aura kebebasan dalam diri mereka, mereka bebas berekpresi tanpa ada yang
ditakutkan dan dipikirkan.
Entah pilihannya menentukan nasib bangsa atau tidak.
Entah pilihan mereka salah atau benar.
Entah apa
benar mereka sedang berjuang
memperjuangkan pilihan mereka untuk hal yang lebih baik atau ada uang dibalik kaos dan bendera mereka tapi
bagiku masa bodoh toh semua sama saja, saya lebih tertarik bagaimana mereka dapat
meluapkan ekspresi mereka, iri rasanya ketika melihat kebebasan mereka….tanpa
beban….
Tanpa
sadar hampir 45 menitan sampai ke tempat yang kutuju,
Angkringan Mas Bro. Angkringan yang saban sore sehabis kerja menjadi
tempat
tongkrongan favorit sekedar melepas lelah dan penat dari rutinitas
kerjaan. Angkringan
yang terletak di salah satu sudut daerah Demangan. Sebenarnya tidak ada
bedanya dengan angkringan lainnya kebanyakan, baik bentuk dan menu.
Karena angkringan memang menunya hampir semua sama dan seragam di
berbagai tempat. Sampai di
sana, penjual angkringan yang sering dipanggil Mas Bro ini sedang menata
dagangannya. Hampir setahun lebih kenal dan menjadi penongkrong
setianya, aku
sampai sekarang belum tahu nama aslinya. Haha sampai sekarang manggil
dia
dengan sebutan Mas Bro seperti kebanyakan orang memanggilnya. Awalnya dia kaget ketika melihat aku, karena
memang sudah hampir dua bulan tidak bertemu sejak kantor pindah. Mas Bro ini
orang yang friendly, orang asli Gunungkidul
dan Istrinya orang Madura, sekarang tinggal di dekat Blok O. Dulu setiap hari sering sama
orang-orang kantor dibercandain diajak
untuk menjadi nasabah, pernah ketika dia masuk mengantar makanan minuman ke kantor, pintunya
dikunci agar dia tidak bisa keluar sebelum memberikan KTP-nya sebagai syarat
awal untuk meminjam dana. Dan dengan paniknya dia gak mau, sampai kami gak tega dan
akhirnya membukakan pintunya. Ketika ditanya kenapa gak mau minjam, selalu saja
cerita kalau bunganya terlalu banyak. Hahaha lucu saja mengingat saat seperti itu..
Yah angkringan Mas Bro ini masih sama seperti dulu, tetap
saja bernuansa kekeluargaan sehingga betah nongkrong di sana. Menu khas ala
angkringan seperti sate usus, gorengan, sate
ayam goreng tepung, sate keong, nasi kucing, bakmi, nasi sayur, kacang
dan lain sebagainya sedang dia tata. Pada sore hari ini, akulah penongkrong
pertama yang datang, sambil menunggu dia menata, aku pesan susu jahe. Sruputan
susu jahe dan hembusan asap rokok di tempat ini seperti nostalgia jaman sering
ke situ. Enak untuk melamun….
Tak lama kemudian Mas Iwan, biasa aku menyapa juga ikut
nongkrong di situ. Dia adalah salah satu nasabah tempatku dulu bekerja. Tiap
sore dia memang selalu ke angkringan Mas Bro ini, karena tempat dia membuka
usaha service elektronik memang berdekatan dengan angkringan ini. Cocok
sekali sore nostalgila ini. Akhirnya kami ngobrol panjang lebar, bla bla bla…dari
mulai usahanya, mobil barunya, sampai ke
kejadian saat dia miss komunikasi dengan orang kantorku yang mengakibatkan dia
masih satu tahun lagi membayar angsuran kredit padahal dia mengira tahun ini
sudah selesai, hal itu mengakibatkan berangkat umrohnya tertunda dan bla bla bla
lainnya….Kemudian Mas Supri, Tukang Parkir di daerah situ juga datang sembari
memesan es dan ikut ngobrol..Di balik wajah garang dan tangan penuh tattonya,
sampai saat ini aku menilai dia orang yang baik dan bersahabat. Sebelum
kami pindah kantor, dialah orang yang bertugas menjadi tukang parkir
kami. Selain itu dia juga nyambi markir sepanjang jalan dekat situ.
Sebenarnya daya tarik lain angkringan Mas Bro ini adalah konsumennya.
Karena terletak di daerah demangan yang notabene banyak kantor, toko, rumah kos
dan pusat perbelanjaan maka banyak
pegawai, anak kos, atau orang umum yang makan di situ. Sewaktu kerja di
sana, cewek-cewek cantik yang nongkrong di sana sering menjadi pemandangan plus tersendiri.
Sore itupun seperti sore-sore dulu, datang dua cewek pegawai pusat jual beli HP dan elektronik makan di situ. Makin
lengkaplah makan di sana, perut kenyang, asupan Vitamin A tetap terjaga..huehuehue…
Silih berganti pembeli datang dan pergi, dan aku masih
terjaga di situ menikmati susu jahe dan cemilan di sana sambil sesekali
merokok. Tak sadar aku melamun, sambil sesekali menghembuskan asap rokok yang
aku hisap. Seolah olah berusaha mengeluarkan masalah bebarengan dengan asap rokok
yang keluar. Tiba-tiba Mas Bro menghampiri dan menepuk pundakku, tanpa ba bi bu,
dia bilang,”Yang sudah terjadi,
terjadilah. Tidak usah disesali, ini semua sudah suratan Ilahi, kita,manusia
hanya bisa berserah padanya,tapi jangan
menyerah”..
Tentu saja aku kaget, karena tanpa angin atau apa dia bilang
seperti itu. Entah dia membaca pikiranku atau apa, aku tidak tahu. Aku Cuma menjawab,”Opo
e mas?” sambil ketawa..hahaha
Yah inilah Mas Bro dan angkringannya, tidak berubah dari
dulu.
Iya Mas Bro, aku
tidak akan menyerah, ….
Susu
Jahe yang aku minum pun sudah habis. Susu yang tadinya panas dan penuh
satu gelas tanpa sadar sedikit demi sedikit telah habis.
Begitulah juga
kita, siapa yang tahu ke depan seperti apa tapi kalau tidak dari
sekarang berubah lebih baik, mau sampai kapan bakal seperti ini terus.
Karena tanpa terasa, umur dan waktu akan terus bertambah. Dan yang aku
tahu tidak ada yang bisa mengembalikan umur dan waktu.
Tetap semangat dan Sarapan Pagih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar