Selasa, 22 Juli 2014

Pemain Sepak Bola


PEMAIN SEPAK BOLA
Aditya Winantaka


Menit 90, memasuki masa injury time 2 menit.

Di dekatku ada satu dua orang bek lawan yang menghalangi lajuku. Dua-duanya bertubuh besar dan tegap. Tak hilang akal, aku pun meliuk-liuk menggiring bola berusaha melewati mereka. Usahaku berhasil, bek yang satu telah tertipu oleh gerakanku, bek yang satunya sepertinya sudah lelah karena ketika aku tantang adu sprint dia kalah tertinggal jauh di belakangku. Di depanku hanya tinggal seorang penjaga gawang, dia bersiap-siap menyambutku.

Aku merasa menit ini sangat menegangkan.

Aku bisa melihat sekilas di bangku cadangan, pelatih dan teman-temanku begitu tegang melihatku. Begitu juga di bangku penonton, penonton terdiam menatapku, suasananya senyap menunggu apa yang akan terjadi kemudian. Aku pun ancang-ancang menendang bola yang sedari tadi aku giring.

"GOOOOOOLL...!!!" 

Penonton di stadion bergemuruh. Sorak sorai pelatih dan teman-temanku menyambut ekspresi kegiranganku setelah mencetak gol. Semua berpesta.

Kecuali lawanku, mereka menangis.

Negaraku untuk pertama kalinya menjuarai Piala Dunia. Dan itu karena golku di menit akhir.

*****

Aku bukanlah aku yang dulu lagi, terutama sejak malam itu. Aku adalah pemain sepakbola ternama. Beberapa kali aku menyabet gelar pemain terbaik di dunia, mengungguli Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan aku. Jauh.

Sekarang, tidak ada yang menyenangkan selain hidupku. Ketampanan, tubuh atletis, kharisma dan cerita tentangku membuat semua orang memujaku. Wanita, uang, mobil, rumah,  dan fasilitas kemudahan lainnya yang aku miliki membuatku menjadi orang yang paling bahagia di muka bumi ini. Aku tenggelam dalam kesenangan ini. Ini semua membuat perutku makin buncit, karena begitu banyak makanan minuman yang aku lahap tanpa aku saring dan pilah-pilah.
Ini semua karena gol itu. Ini semua karena permainan bolaku. Aku mengagumi diriku sendiri. Sambil menutup mata, aku membayangkan masa-masa indah yang telah aku lalui.

*****

Setelahnya,
Aku berusaha membuka mata lagi, tapi tidak bisa, semua gelap dan benar-benar gelap. Badanku berasa kaku. Tangan dan kakiku tidak bisa digerakkan. Aku bingung. Aku takut. Semua anggota tubuhku berusaha aku gerakkan tapi tidak bisa. Aku ingin teriak meminta tolong tapi ada sesuatu yang menyumpal di mulutku sehingga membuatku tidak bisa bersuara. Aku pun tidak mendengar satu suarapun di dekatku, sunyi. Aku menangis tapi anehnya tidak ada berasa butiran air mata menetes yang keluar dari mataku. 
Kemudian aku tersadar bahwa aku pun tidak perlu bernafas untuk merasa hidup. 
Semuanya menjadi aneh sekarang.
Hidup di dalam kegelapan, sendiri, dingin dan sunyi.
Tidak ada bola, wanita, fans dan uang.
Semuanya membosankan.

Pada detik ini, aku sangat berharap bahwa hidupku yang menyenangkan itu kembali lagi dan menjadi kekal. 

Tapi secercah cahaya datang, dan berbicara,
"Kamu hanya manusia, hidupmu tidak kekal, nikmati saja apa yang telah kamu tuai selama ini."

Aku kaget. Aku sadar.  Aku pun menangis kembali, tanpa air mata.

*****






Tidak ada komentar:

Posting Komentar