Rabu, 20 Agustus 2014

Rokok

ROKOK
Aditya Winantaka


Kamu itu menarik. Tubuhmu tidak semok atau montok. Lurus, ramping tapi padat. Ada rasa gurih atau manis saat dihisap tergantung siapa itu kamu. Saat aku menghisapmu, aku seolah-olah  memperoleh kekuatan baru dan saat aku menghembuskan asap yang kamu timbulkan, seperti semua masalah kemudian ikut keluar bebarengan .

Banyak yang bilang kamu berbahaya. Katanya, kamu mengakibatkan penyakit di paru-paru, gangguan janin, gangguan pernafasan dan lain sebagainya. 

Tapi bagiku, kamu itu Setia. Saat aku suka maupun duka, kamu adalah teman sejati yang selalu ada bagiku.  Lalu kemana adanya orang-orang yang mengatai kamu itu bahaya saat aku sedang butuh mereka? Enggak ada.

Ah, tapi bagaimana jika perkataan mereka benar kalau kamu sebenarnya adalah sumber penyakit?

Kalau aku meninggalkanmu lalu kepada siapa aku harus berbagi?

Selasa, 19 Agustus 2014

Di Taman Bunga

DI TAMAN BUNGA
Aditya Winantaka


Tadi pagi aku hampir terbunuh. Ketika aku sedang berjalan, seorang anak kecil yang membawa bunga melihatku kemudian berlari dan berteriak ketakutan. Tak berapa lama seorang bapak yang berbadan tegap datang sambil membawa kayu bersama anak itu. Beberapa kali kayu itu dipukulkan ke arahku. Tapi Tuhan masih baik padaku. Tidak secuilpun tubuhku hilang atau terluka. Dia pukul sekali, kayu yang yang dipukulkan malah mengenai ranting pohon yang berada di atasku. Masih belum puas dia pukul kembali, tapi aku berhasil menyelinap masuk ke semak-semak sebelum kayu itu mengenai tubuhku.
Kemarin, wanita cantik yang sedang menikmati keindahan bunga tidak sengaja melihatku. Aku tersenyum kepadanya. Tapi apa yang dia lakukan kemudian di luar perkiraanku. Dia menjerit dan mengibaskan buku yang dia bawa ke arahku. Mengusirku, sepertinya.
Dua hari yang lalu, ketika aku sedang menyeberang. Segerombolan anak muda mudi berlari dan hampir melindasku dengan tanpa peduli. Beruntung, Tuhan lagi-lagi masih baik padaku. Aku masih selamat dari ketidak pedulian mereka.
Aku sedih tidak ada yang peduli kepadaku. Aku marah karena mereka semua berkata jijik padaku. Aku kecewa karena ketika aku di posisi sekarang mereka malah mengusir dan meninggalkanku. Aku menangis dan kemudian bersembunyi di balik daun, menghindari mereka. Dalam kesendirianku, Tuhan yang baik menghembuskan angin kepadaku. Seluruh tubuhku kaku dan terbungkus oleh hembusan-Nya. Dan akupun tertidur.

*****

Entah hari apa sekarang.
Aku terbangun dari tidur panjangku. Sinar matahari pagi ini begitu menyilaukan. Dia menyambutku sambil tersenyum.
"Hai, Selamat Pagi."
Entah kenapa aku merasa hari ini  begitu bersemangat. Aku merasa diriku berbeda dari aku yang dulu. Akupun melangkah keluar dari peraduanku dan kemudian mengelilingi taman bunga yang telah lama aku tak bermain di sana. 
Di bawahku ada seorang anak dan seorang Bapak yang dulu mau membunuhku. Mereka tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Aku pun membalas senyuman mereka lalu pergi. Di tempat lain aku bertemu wanita cantik yang membawa buku, dia tersenyum kepadaku dan terlihat begitu kagum melihatku. Untuk membalas kekagumannya, aku pun terbang meliuk-liuk menggoda di dekat dia. Dia tertawa. Aku tertawa. Tak lama kemudian segerombolan anak muda mudi melihatku juga, mereka pun bergabung dan kami berpesta. Bahagia sekali hari itu.
Tuhan memang baik. Tadinya aku ulat berbulu yang buruk rupa kemudian diajarkan sabar dalam bentuk kepompong dan sekarang aku adalah kupu-kupu yang rupawan. Yang tidak mungkin orang akan tidak peduli kepadaku, berkata jijik atau berniat membunuhku.

*****

Senin, 18 Agustus 2014

Di Bawah Jembatan Lempuyangan

DI BAWAH JEMBATAN LEMPUYANGAN
Aditya Winantaka

Sore itu, di bawah Jembatan Lempuyangan.

Aku duduk di atas jok motor. Di depanku ada beberapa lajur rel, yang arahnya bisa menuju ke Barat atau ke Timur. Di sebelahku, sepasang kekasih bercanda sambil makan cemilan. Di sebelahku yang lain, seorang Ibu membujuk anaknya untuk memakan sesuap nasi di dalam sendok yang dia pegang. Di sebelahku yang lain lagi, segerombolan anak SMA sedang mengobrol seru membahas pertandingan sepak bola tadi malam. Membuat suasana di situ menjadi ramai.

Aku tidak mau kalah. Aku bercerita kegiatanku hari ini. Aku bercerita juga tentang Biyan dan Danen, keponakanku yang lucu. Aku bercerita bahwa ladang jerawatku sukses berbuah. Aku bercerita kejadian tadi malam karena aku lupa mematikan keran kamar mandi, air membludak dan aku dimarahin Bapak. Aku bercerita tentang acara TV tadi malam sambil tertawa. Lucu, kemudian semuanya menjadi hangat dan indah. Aku lega aku bisa berbagi kisah. Sejam dua jam aku asyik mengobrol.  Aku kemudian ingin tahu kepada siapa sedaritadi aku berbagi. Aku melihat ke belakang lewat spion motorku, tidak ada siapa-siapa di spion motorku. Ternyata aku baru sadar aku hanya sendirian di situ. Iya sendiri.

*****

Di Dalam Gerbong Kereta


DI DALAM GERBONG KERETA
Aditya Winantaka

Laki-laki itu berjalan dengan tergesa-gesa. Dengan membawa tas punggung dan satu tas jinjing dia setengah berlari melewati kerumunan orang dengan tergesa-gesa. Dia tidak mempedulikan orang-orang di dekatnya yang menatap dia dengan anehnya. Tujuannya hanya satu, tidak ketinggalan kereta sore itu.

Setelah sampai di peron, dia menghampiri petugas di stasiun.

“Pak, kereta api Senja Utama Jogja untuk tujuan Jakarta sudah datang?”
“Sudah pak, itu dia keretanya.” Sambil melihat secarik tiket yang diperlihatkan lelaki itu.

Laki-laki itu pun bergegas masuk ke gerbong kereta yang ditunjukkan petugas tersebut. Sampai di dalam, dia celingukan mencari nomor bangkunya. Di belakang terlihat bangku yang kosong, dia pun berjalan menuju bangku tersebut.

“Maaf Mas, saya baru pertama kali naik kereta, saya mau tanya apa benar bangku ini nomor 1B?”
“Iya mas, Masnya nomor 1B ya? Silahkan duduk Mas.”
“Iya Mas, terima kasih ya, permisi.”

Setelah menaruh tas yang dia bawa di bagasi atas, dia pun duduk dan kemudian terlihat mencoba mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.

Laki-laki yang baru pertama naik kereta itu, Aku.

Ini adalah untuk pertama kalinya aku naik kereta api sendirian dengan jarak yang cukup jauh, Jogja-Jakarta. Dengan bermodal nekat hanya berupa keyakinan dan uang tabungan. Aku benar-benar menjadi orang yang berbeda saat ini.

Sambil melihat pemandangan yang gelap di luar sana, aku melamun.

“Ngapain sih kamu ke Jakarta? Kok repot amat jauh ke sana, mending di Jogja saja lebih nyaman to.”

Suara itu menggema di telingaku, seolah menguji niatku untuk berangkat ke Jakarta. Berharap agar aku sadar dan memutuskan keluar meloncat dari kereta dan berlari pulang ke rumah. Sebenarnya jauh di dalam sana, aku ingin tapi aku tidak bisa. Aku hanya diam, sambil terus melihat jendela kereta api.

Kereta berjalan begitu cepat, pemandangan gelap yang terlihat di jendela semakin samar dan semakin samar. Di dalam gelapnya pemandangan di luar, di kereta yang melaju, pelan-pelan bayangan hidup yang pernah aku alami menyeruak kembali. Tentang aku dan dia yang sedang melangkah menjadi kita.  Mengingatkan aku kenapa aku harus ke Jakarta hari ini juga.

*****


Senin, 04 Agustus 2014

Hello Tickles! Halo Inggris! (Review Tickles Cafe & Resto)


Mumpung kemarin libur panjang aku dan Lia memutuskan menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah tempat di  kota Yogyakarta, namanya Tickles Cafe & Resto, alamat tepatnya di Jalan Kenari no 4, Demangan, Sleman. Dulu, pertama aku datang ke tempat ini saat malam minggu bersama teman-teman, kesan pertama benar-benar menggoda. Makanya ketika Lia pulang ke Jogja, sesudah dari jalan-jalan kami memutuskan untuk mampir ke sana. Tickles merupakan cafe yang sebenarnya baru hadir beberapa bulan di Jogjakarta, grand openingnya sendiri baru pada bulan Februari 2014 lalu. Walaupun begitu, dengan umur yang masih muda Tickles mampu menyedot perhatian para penikmat kuliner yang hobi nongkrong untuk datang ke sana. Konsepnya berbeda dengan cafe kebanyakan yang sudah ada di Jogja, nuansa Inggris begitu kental saat kita berada di sana. Ruangannya terbagi antara smooking room dan no smooking room. Karena aku sendiri adalah perokok aktif, maka ketika datang ke Tickles aku selalu memilih masuk ke smooking room, sehingga foto-foto yang aku pajang di blog ini kebanyakan merupakan foto di smooking roomnya. Tapi jangan salah untuk ruangan di no smooking roomnya tidak kalah keren desainnya.







Menu di Tickles ada bermacam-macam, seperti Pizza, Pasta, Steak, dan lain-lain dengan kisaran harga yang pantas. Hal ini membuat penikmat kuliner yang datang dapat termanjakan lidahnya dengan menikmati hidangan yang ada. Aku dan Lia datang ke sana memesan Chicken Marryland Steak (35K) dan Chicken Cordon Bleu (35K) untuk makanannya, sedangkan untuk minumannya kami memesan Mango Tango (15K) dan Greend Islands (17K). Di dalam daftar menu  di tiap jenis makanan dan minumannya sendiri  ada penjelasan terdiri/terbuat dari apa makanan/minumannya, sehingga walaupun dengan nama-nama yang asing bagi orang Indonesia kita mempunyai gambaran bakal seperti apa makanannya. Berikut tampilannya,




Menu makanan dan minuman di Tickles Cafe & Resto


Greend Islands, minuman ini segar plus ada buah di dalamnya, recommended menurutku.

Mango Tango, di dalamnya ada mangga, tomat, dan lecinya. 

Chicken Cordon Bleu, dagingnya lembut dengan taburan saos di atasnya. Selain itu di dalamnya ada smooked beefnya, ini enak.

Chicken Marryland Steak, daging dengan sensasi crispy ini juga enak.

Kalau menurutku secara tema, dengan menu dan desain tempatnya, Tickles berhasil membawa kita serasa di Eropa, Inggris tepatnya. Jika kamu ingin pergi ke Inggris tapi belum kesampaian, Tickles bisa mengobati sedikit keinginan itu. Di sana kamu bisa nongkrong rame-rame bersama teman-teman atau mungkin berduaan sama pacar, karena tempatnya emang cozy dan mendukung sekali. Menurutku, kalau ingin rame-rame enaknya di smooking room sedangkan kalau mau berduaan enaknya di no smooking room. Atau kalau datang sendirian, daripada mati gaya, bisa berselancar ria karena tempat ini Free Wifi.
Dan kalau ke Tickles jangan lupa siapin kamera karena fasilitas di Tickles mendukung sekali buat berfoto selfie. Saranku datang saat akhir pekan, karena di sana ada live bandnya.  Oh ya, harga di atas belum termasuk  pajak 10% dan servis 5% lho. Walaupun begitu, tidak ada salahnya datang ke sana, karena menurutku tempat ini nyaman, menunya lumayan dan pelayanannya juga bagus.


Tickles Resto & Cafe
Jalan Kenari no 4, Demangan Baru, Yogyakarta
(0274) 587001