Senin, 18 Agustus 2014

Di Dalam Gerbong Kereta


DI DALAM GERBONG KERETA
Aditya Winantaka

Laki-laki itu berjalan dengan tergesa-gesa. Dengan membawa tas punggung dan satu tas jinjing dia setengah berlari melewati kerumunan orang dengan tergesa-gesa. Dia tidak mempedulikan orang-orang di dekatnya yang menatap dia dengan anehnya. Tujuannya hanya satu, tidak ketinggalan kereta sore itu.

Setelah sampai di peron, dia menghampiri petugas di stasiun.

“Pak, kereta api Senja Utama Jogja untuk tujuan Jakarta sudah datang?”
“Sudah pak, itu dia keretanya.” Sambil melihat secarik tiket yang diperlihatkan lelaki itu.

Laki-laki itu pun bergegas masuk ke gerbong kereta yang ditunjukkan petugas tersebut. Sampai di dalam, dia celingukan mencari nomor bangkunya. Di belakang terlihat bangku yang kosong, dia pun berjalan menuju bangku tersebut.

“Maaf Mas, saya baru pertama kali naik kereta, saya mau tanya apa benar bangku ini nomor 1B?”
“Iya mas, Masnya nomor 1B ya? Silahkan duduk Mas.”
“Iya Mas, terima kasih ya, permisi.”

Setelah menaruh tas yang dia bawa di bagasi atas, dia pun duduk dan kemudian terlihat mencoba mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.

Laki-laki yang baru pertama naik kereta itu, Aku.

Ini adalah untuk pertama kalinya aku naik kereta api sendirian dengan jarak yang cukup jauh, Jogja-Jakarta. Dengan bermodal nekat hanya berupa keyakinan dan uang tabungan. Aku benar-benar menjadi orang yang berbeda saat ini.

Sambil melihat pemandangan yang gelap di luar sana, aku melamun.

“Ngapain sih kamu ke Jakarta? Kok repot amat jauh ke sana, mending di Jogja saja lebih nyaman to.”

Suara itu menggema di telingaku, seolah menguji niatku untuk berangkat ke Jakarta. Berharap agar aku sadar dan memutuskan keluar meloncat dari kereta dan berlari pulang ke rumah. Sebenarnya jauh di dalam sana, aku ingin tapi aku tidak bisa. Aku hanya diam, sambil terus melihat jendela kereta api.

Kereta berjalan begitu cepat, pemandangan gelap yang terlihat di jendela semakin samar dan semakin samar. Di dalam gelapnya pemandangan di luar, di kereta yang melaju, pelan-pelan bayangan hidup yang pernah aku alami menyeruak kembali. Tentang aku dan dia yang sedang melangkah menjadi kita.  Mengingatkan aku kenapa aku harus ke Jakarta hari ini juga.

*****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar