Selasa, 19 Agustus 2014

Di Taman Bunga

DI TAMAN BUNGA
Aditya Winantaka


Tadi pagi aku hampir terbunuh. Ketika aku sedang berjalan, seorang anak kecil yang membawa bunga melihatku kemudian berlari dan berteriak ketakutan. Tak berapa lama seorang bapak yang berbadan tegap datang sambil membawa kayu bersama anak itu. Beberapa kali kayu itu dipukulkan ke arahku. Tapi Tuhan masih baik padaku. Tidak secuilpun tubuhku hilang atau terluka. Dia pukul sekali, kayu yang yang dipukulkan malah mengenai ranting pohon yang berada di atasku. Masih belum puas dia pukul kembali, tapi aku berhasil menyelinap masuk ke semak-semak sebelum kayu itu mengenai tubuhku.
Kemarin, wanita cantik yang sedang menikmati keindahan bunga tidak sengaja melihatku. Aku tersenyum kepadanya. Tapi apa yang dia lakukan kemudian di luar perkiraanku. Dia menjerit dan mengibaskan buku yang dia bawa ke arahku. Mengusirku, sepertinya.
Dua hari yang lalu, ketika aku sedang menyeberang. Segerombolan anak muda mudi berlari dan hampir melindasku dengan tanpa peduli. Beruntung, Tuhan lagi-lagi masih baik padaku. Aku masih selamat dari ketidak pedulian mereka.
Aku sedih tidak ada yang peduli kepadaku. Aku marah karena mereka semua berkata jijik padaku. Aku kecewa karena ketika aku di posisi sekarang mereka malah mengusir dan meninggalkanku. Aku menangis dan kemudian bersembunyi di balik daun, menghindari mereka. Dalam kesendirianku, Tuhan yang baik menghembuskan angin kepadaku. Seluruh tubuhku kaku dan terbungkus oleh hembusan-Nya. Dan akupun tertidur.

*****

Entah hari apa sekarang.
Aku terbangun dari tidur panjangku. Sinar matahari pagi ini begitu menyilaukan. Dia menyambutku sambil tersenyum.
"Hai, Selamat Pagi."
Entah kenapa aku merasa hari ini  begitu bersemangat. Aku merasa diriku berbeda dari aku yang dulu. Akupun melangkah keluar dari peraduanku dan kemudian mengelilingi taman bunga yang telah lama aku tak bermain di sana. 
Di bawahku ada seorang anak dan seorang Bapak yang dulu mau membunuhku. Mereka tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Aku pun membalas senyuman mereka lalu pergi. Di tempat lain aku bertemu wanita cantik yang membawa buku, dia tersenyum kepadaku dan terlihat begitu kagum melihatku. Untuk membalas kekagumannya, aku pun terbang meliuk-liuk menggoda di dekat dia. Dia tertawa. Aku tertawa. Tak lama kemudian segerombolan anak muda mudi melihatku juga, mereka pun bergabung dan kami berpesta. Bahagia sekali hari itu.
Tuhan memang baik. Tadinya aku ulat berbulu yang buruk rupa kemudian diajarkan sabar dalam bentuk kepompong dan sekarang aku adalah kupu-kupu yang rupawan. Yang tidak mungkin orang akan tidak peduli kepadaku, berkata jijik atau berniat membunuhku.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar