Rabu, 16 April 2014

Cerita Aku dan PSS Sleman


Hari ini tanggal 15 April 2014, di Stadion Maguwoharjo, markas PSS Sleman.

Kita mundur ke beberapa tahun lalu atau mungkin belasan tahun lalu, tepatnya saat aku SD. Masa kanak-kanakku lebih banyak aku habiskan di dalam rumah, kalaupun main ke luar rumah itu tidak jauh, mungkin hanya 50an meter saja. Karena itulah banyak yang bilang aku anak kuper. Aku sangat senang membaca, hal itulah yang membuatku sangat betah di rumah. Hobi banget baca komik, dan setiap pagi tak lupa baca koran KR. Walaupun, aku mengenal komik baru kelas 2, itupun hadiah karena aku juara kelas. Komik pertamaku waktu itu adalah Kung Fu Boy. Sejak saat itu aku mulai keranjingan dengan namanya komik, mulai dari Dragon Ball, Doraemon, Fishing Fun, dan lain-lain. Dari komik, baru kemudian berkembang ke koran. Seiring dengan bertambahnya umurku, bacaannya kudu lebih keren dong. dimulai rasa kagum dengan Bapakku, keren aja liat Bapakku tiap pagi baca koran. Karena itulah aku mulai tertarik baca koran,  dimulai dari baca artikel ringan kayak Sungguh-Sungguh Terjadi sampai Berita Olahraga. Mentok cuma itu bacaanku saat itu. Dan dari sinilah aku mengenal sepak bola. Bukannya aku di dunia nyata tidak tahu sepak bola, tapi jujur disaat umur segitu, tahunya sepakbola hanya melihat bola ya kemudian ditendang dan nyetak gol, gitu aja. Nah, dari koran inilah aku lebih tahu tentang sepakbola. Dimulai dari gambar formasinya, terus dari gambar itu aku bisa tahu nama-nama pemainnya, kemudian baca komentar yang ditulis di artikel tersebut. Saat itu aku blank tidak tahu klub apa, jagoan apa, sejarah klub gimana. Yang aku ingat pertama saat itu, hanya nama Veron. Entah ada apa dengan nama itu, tapi cepat aja melekat di pikiranku saat itu. Veron adalah pemain Lazio saat itu. Dan mulai saat itu dan sampai sekarang, aku jagoin Lazio. Walaupun Veron sudah tidak bermain di Lazio. Dan memang pada medio 90an-2000an awal, Lazio menjadi klub yang disegani dengan sejumlah prestasi yang diraihnya saat itu.

Memang sepertinya terbalik, aku lebih dahulu mengenal klub luar negeri daripada klub lokal. Sebenarnya ada di berita koran tentang klub-klub Indonesia, tapi tidak cukup mengena saat itu namanya sehingga tidak cepat melekat di pikiran.
Aku mengenal klub lokal ketika sedang mengobrol dengan Omku tentang sepakbola. Omku tinggal di Klitren dan Aku di Sleman, saat itu aku sedang main ke rumahnya. Obrolannya saat itu seingatku seperti ini,
Aku :"Om, jagoan bal-balanmu opo?"
Omku :"PSIM"
Aku :"PSIM ki opo?"
Omku :"PSIM ki klub bola sing ono neng Jogja, suportere jenenge PTLM (nama suporternya pada masa itu)"
Aku :"Ow ngono, nek neng Sleman ono ora klub e?"
Omku :"Ono, jenenge PSS"
Aku :"Apik ora kui Om?"
Omku :"Iseh apik PSIM, PSIM main neng duwur PSS"
Ya hanya itu perkenalanku dengan klub lokal Indonesia saat itu. Ada nama dua klub yang baru aku kenal yaitu PSIM dan PSS. Dan kemudian saat itu berlalu begitu saja..

Waktu terus berjalan, sampai kemudian gaung nama PSS Sleman itu mulai terdengar aku lagi, tepatnya ketika prestasinya semakin baik. Keingintahuanku semakin menjadi, koran saja tidak cukup, aku beralih ke mendengarkan Radio. Saat PSS bertanding, aku ikut menikmati jalannya pertandingan lewat siaran radio ini. Aku mendengarkan dengan sembari membayangkan seperti apa jalannya pertandingan berdasar ulasan di radio.
PSS saat itu sedang booming, sampai obrolan kami anak-anak SD saat itu ramai membicarakan PSS. Muhamad Eksan menjadi pemain yang banyak diidolakan saat itu. Hingga sampai suatu saat dimana salah satu temanku mengajak untuk menonton pertandingannya. Saat itu PSS main di Stadion Tridadi, sehingga lumayan dekat dengan rumahku di sekitar Pasar Sleman. Kami bertiga menuju ke Stadion Tridadi dengan berjalan kaki.  Walaupun sudah diwanti-wanti orang rumah tentang bahaya apa aja yang muncul kalau menonton sepak bola secara langsung, tetapi dasar anak-anak, rasa penasaran ingin menonton mengalahkan segalanya.
PSS vs Arema Malang, itulah debutku menonton sepak bola di stadion. Dan ini juga awal aku datang ke tempat seramai ini tanpa dampingan orang tua. Aku datang karena aku ingin menonton, itu saja. Sampai di komplek Stadion Tridadi, aku terkejut dengan situasinya, dimana-mana banyak suporter warna biru, warna kebesaran Arema. Ini kandang PSS apa Arema, karena setahuku PSS itu warnanya hijau. Aku sempat bingung dan takut, kami hanya bertiga dan kami masih kecil. Setelah beli tiket dan bisa masuk stadion, wah betapa ramainya. Aku sangat takjub dengan pemandangan ini. Penonton penuh sesak memadati stadion sampai meluber ke pinggir lapangan. Kedua suporter dengan khas berisiknya masing-masing mendukung klub idolanya. Sampai beberapa lama, terdengar suara dari  pengeras suara, aku tidak tahu ngomong apa tapi intinya pertandingan tidak bisa dilangsungkan lagi. Entah karena alasan apa aku lupa, mungkin karena penonton yang membludak ya. Ngeri juga sih melihat lautan suporter ini, di satu sisi muncul ketakutan akan ada tawuran saat itu. Benar saja setelah, ada pengumuman tadi, kedua kubu suporter yang membludak di pinggir lapangan merengsek masuk ke lapangan. Duh, pikiranku saat itu sangat takut. Tapi ternyata, kedua kubu suporter itu di dalam lapangan malah berpelukan. Dan apa yang aku khawatirkan tidak terjadi. Bersyukur sih tapi kecewa juga, debutku menonton pertandingan sepakbola di stadion, gagal.
Tapi itu bukan akhir, itu hanya sebuah awal cerita aku dengan PSS Sleman. Berikutnya aku berusaha mengikuti perjalanan PSS baik lewat media koran, radio, dan kadang menonton baik langsung atau kalau disiarkan TV, bisa lewat TV. Tapi menurutku datang langsung mendukung ke stadion lebih menarik daripada menonton di TV.  Di stadionlah aku awal bertemu orang banyak dengan berbagai macam sifat dan latar belakang yang berbeda, di stadionlah aku bisa berekspresi dan bernyanyi (jujur, aku paling malu bernyanyi di depan orang lain, tapi di stadion aku bisa lepas bernyanyi), dan di stadionlah aku yang kuper dan cupu ini merasa bebas karena aku merasa semua orang yang datang ke stadion ini sama. Datang untuk menonton dan mendukung PSS. Luar Biasa!
Tapi walaupun begitu, aku gak bisa sering menonton di stadion karena memang dengan usia yang masih kecil, aku masih berharap ijin orang tua dan uang saku dari mereka. Apabila aku tidak bisa menonton, radiolah obat pelipur laraku.
Dari Stadion Tridadi, Stadion Mandala Krida sampai akhirnya Stadion Maguwoharjo. Dari Muhammad Eksan, Seto, Deca, Ansori, Slamet Nurcahyo sampai Anang Hadi. Dari era suporter Slemania, sampai kemudian lahir adik kandungnya yaitu BCS. Aku berusaha mengikutinya, walaupun pasang surut prestasi dan aku tidak bisa selalu datang ke stadion. Mungkin tidak semilitan dan se-setia teman-teman suporter lain. Tapi, Aku tidak bisa memungkiri aku menyukai tim ini.

Dan sekarang, tanggal 15 April 2014, aku datang lagi ke Stadion Maguwoharjo untuk melihat tim kesayanganku bertanding, Aku rindu euforia pertandingan di dalam stadion. Ini adalah pertandingan pembuka Divisi Utama antara PSS Sleman vs Persenga Nganjuk. Seperti biasa stadion ini penuh sesak dengan penonton yang hadir, seperti biasa chant-chant super berisik yang bersahutan di Tribun Utara dan Selatan menggema mendukung PSS Sleman, seperti biasa penjual tahu, kacang dan air mineral masih berjualan di dalam stadion, seperti biasa coreo menarik selalu disuguhkan, seperti biasa kami di sini datang untuk mendukung PSS Sleman.



Malam ini, PSS Sleman masih terlalu jumawa bagi Persenga Nganjuk, terbukti dengan kemenangan skor 3-1 yang membuat seluruh stadion dan masyarakat Sleman larut dalam sukacita. PSS Sleman telah memberikan cerita masing-masing bagi banyak orang. Dan itulah kenapa aku berdiri di stadion ini sekarang, aku berterima kasih kepada PSS karena membuat aku yang dulunya kuper, minder dan cupu menjadi lebih berani dan semangat. Terima kasih karena membuat aku yang tadinya malu bernyanyi menjadi lebih berani mengeluarkan suara di stadion. Terima kasih karena ketika aku stres dengan kerjaan atau kejadian yang aku alami, di sanalah aku bisa merasa plong kembali. Terima kasih karena semakin mengenalkan sepak bola kepadaku.

 photo by : @rickydanistra
Terima kasih PSS SLEMAN...


2 komentar: