Kamis, 03 April 2014

Obrolan Angkringan


Seharian ini merasa penat, dan tragisnya tidak bisa berbagi atau sekedar menumpahkan perasaan yang sedang dialami pada apapun dan siapapun. Otak mendidih halah..
Alhasil sore hari tadi, tiba-tiba pengen ke suatu tempat yang dulu biasanya saban sore ditongkrongi. Di sudut pusat kota Jogja aku tuju. Perjalanan dari rumahku dari Sleman ke sana lumayan dekat, sekitar 30 menit maybe dengan motor. Sendirian aku ke sana. Celakanya sore hari tersebut bebarengan dengan “kampanye” salah satu Partai dengan gambar burung sedang berlangsung. Sepanjang jalan mereka menemaniku dengan raungan knalpot dan klakson motor mereka..ret tet tet wor wor….

Melihat mereka antara takjub, sangar, dan sebal. Bagaimana tidak, pertama, takjub  dengan keberanian mereka mengendarai motor tanpa pelindung helm memutari jalan dan tidak ada yang berani menegur. Kedua,  sangar ketika melihat rombongan mereka banyak yang bertubuh kekar dan penuh tato menampilkan sisi sangar mereka, dan ketiga, sebal karena jalan mereka pelan sambil memainkan knalpot, mereka memenuhi badan jalan. Bak seorang seniman sedang memainkan alat musiknya dengan nada nada tertentu. Bagi sebagian orang, mereka adalah kebanggaan, bagaimana tidak di sepanjang pinggir jalan banyak yang menanti dan menonton mereka lewat, bak karnaval jalanan. Tapi sebagian orang lagi,  tentulah mereka adalah gangguan. Bagi saya sendiri mereka adalah hal yang menarik, ketika melihat mereka terlihat aura kebebasan dalam diri mereka, mereka bebas berekpresi tanpa ada yang ditakutkan dan dipikirkan.   
Entah pilihannya menentukan nasib bangsa atau tidak.
Entah pilihan mereka salah atau benar. 
Entah apa benar mereka sedang berjuang  memperjuangkan pilihan mereka untuk hal yang lebih baik  atau ada uang dibalik kaos dan bendera mereka tapi bagiku masa bodoh toh semua sama saja,  saya lebih tertarik bagaimana mereka dapat meluapkan ekspresi mereka, iri rasanya ketika melihat kebebasan mereka….tanpa beban….

Tanpa sadar hampir 45 menitan sampai ke tempat yang kutuju, Angkringan Mas Bro. Angkringan yang saban sore sehabis kerja menjadi tempat tongkrongan favorit sekedar melepas lelah dan penat dari rutinitas kerjaan. Angkringan yang terletak di salah satu sudut daerah Demangan. Sebenarnya tidak ada bedanya dengan angkringan lainnya kebanyakan, baik bentuk dan menu. Karena angkringan memang menunya hampir semua sama dan seragam di berbagai tempat. Sampai di sana, penjual angkringan yang sering dipanggil Mas Bro ini sedang menata dagangannya. Hampir setahun lebih kenal dan menjadi penongkrong setianya, aku sampai sekarang belum tahu nama aslinya. Haha sampai sekarang manggil dia dengan sebutan Mas Bro seperti kebanyakan orang memanggilnya.  Awalnya dia kaget ketika melihat aku, karena memang sudah hampir dua bulan tidak bertemu sejak kantor pindah. Mas Bro ini orang yang friendly, orang asli Gunungkidul dan Istrinya orang Madura, sekarang tinggal di dekat  Blok O. Dulu setiap hari sering sama orang-orang kantor dibercandain  diajak untuk menjadi nasabah, pernah ketika dia masuk  mengantar makanan minuman ke kantor, pintunya dikunci agar dia tidak bisa keluar sebelum memberikan KTP-nya sebagai syarat awal untuk meminjam dana. Dan dengan paniknya dia gak mau, sampai kami gak tega dan akhirnya membukakan pintunya. Ketika ditanya kenapa gak mau minjam, selalu saja cerita kalau bunganya terlalu banyak. Hahaha  lucu saja mengingat saat seperti itu..

Yah angkringan Mas Bro ini masih sama seperti dulu, tetap saja bernuansa kekeluargaan sehingga betah nongkrong di sana. Menu khas ala angkringan seperti sate usus, gorengan, sate  ayam goreng tepung, sate keong, nasi kucing, bakmi, nasi sayur, kacang dan lain sebagainya sedang dia tata. Pada sore hari ini, akulah penongkrong pertama yang datang, sambil menunggu dia menata, aku pesan susu jahe. Sruputan susu jahe dan hembusan asap rokok di tempat ini seperti nostalgia jaman sering ke situ. Enak untuk melamun….

Tak lama kemudian Mas Iwan, biasa aku menyapa juga ikut nongkrong di situ. Dia adalah salah satu nasabah tempatku dulu bekerja. Tiap sore dia memang selalu ke angkringan Mas Bro ini, karena tempat dia membuka usaha service elektronik  memang berdekatan dengan angkringan ini. Cocok sekali sore nostalgila ini. Akhirnya kami ngobrol panjang lebar, bla bla bla…dari mulai usahanya, mobil barunya,  sampai ke kejadian saat dia miss komunikasi dengan orang kantorku yang mengakibatkan dia masih satu tahun lagi membayar angsuran kredit padahal dia mengira tahun ini sudah selesai, hal itu mengakibatkan berangkat umrohnya tertunda dan bla bla bla lainnya….Kemudian Mas Supri, Tukang Parkir di daerah situ juga datang sembari memesan es dan ikut ngobrol..Di balik wajah garang dan tangan penuh tattonya, sampai saat ini aku menilai dia orang yang baik dan bersahabat. Sebelum kami pindah kantor, dialah orang yang bertugas menjadi tukang parkir kami. Selain itu dia juga nyambi markir sepanjang jalan dekat situ.

Sebenarnya daya tarik lain angkringan Mas Bro ini adalah konsumennya. Karena terletak di daerah demangan yang notabene banyak kantor, toko, rumah kos  dan pusat perbelanjaan maka banyak pegawai, anak kos, atau orang umum yang makan di situ. Sewaktu kerja di sana, cewek-cewek cantik yang nongkrong di sana sering menjadi pemandangan plus  tersendiri. Sore itupun seperti sore-sore dulu, datang dua cewek pegawai pusat jual beli  HP dan elektronik makan di situ. Makin lengkaplah makan di sana, perut kenyang, asupan Vitamin A tetap terjaga..huehuehue…

Silih berganti pembeli datang dan pergi, dan aku masih terjaga di situ menikmati susu jahe dan cemilan di sana sambil sesekali merokok. Tak sadar aku melamun, sambil sesekali menghembuskan asap rokok yang aku hisap. Seolah olah berusaha mengeluarkan masalah  bebarengan dengan asap rokok yang keluar. Tiba-tiba Mas Bro menghampiri dan menepuk pundakku, tanpa ba bi bu, dia bilang,”Yang sudah terjadi, terjadilah. Tidak usah disesali, ini semua sudah suratan Ilahi, kita,manusia hanya bisa berserah padanya,tapi  jangan menyerah”..

Tentu saja aku kaget, karena tanpa angin atau apa dia bilang seperti itu. Entah dia membaca pikiranku atau apa, aku tidak tahu. Aku Cuma menjawab,”Opo e mas?” sambil ketawa..hahaha

Yah inilah Mas Bro dan angkringannya, tidak berubah dari dulu.

 Iya Mas Bro, aku tidak akan menyerah, ….
Susu Jahe yang aku minum pun sudah habis. Susu yang tadinya panas dan penuh satu gelas tanpa sadar sedikit demi sedikit telah habis. 
Begitulah juga kita, siapa yang tahu ke depan seperti apa tapi kalau tidak dari sekarang berubah lebih baik, mau sampai kapan bakal seperti ini terus. Karena tanpa terasa, umur dan waktu akan terus bertambah. Dan yang aku tahu tidak ada yang bisa mengembalikan umur dan waktu. 

Tetap semangat dan Sarapan Pagih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar