Sabtu, 26 April 2014

Cuppu Story : Surat untuk Cuppu


Aku orang linglung yang bingung,,
Terjebak dalam pertanyaan yang selalu berputar-putar di pikiranku,
Pikiran yang terbelenggu oleh ketakutan,
Aku takut dengan banyaknya pertanyaan dan rasa khawatir ini,dengan keadaanku sekarang,
Ketika kamu menjadi besar nanti,
apakah kisah kita akan sama seperti dulu?
apakah kamu masih membelaiku dengan mesra?
apakah kamu akan membuatkan sirup ketika aku datang berkunjung?
apakah kamu akan memijat kepalaku saat aku merasa pusing?
masihkah kamu mau masakin omelet buat aku?
masihkah kamu berani ngupil di depanku?
Ya, sekarang kita terpisah jarak,
Jarak yang semakin jauh dan sekat yang tebal bagai tembok Berlin yang kokoh.
Aku gak tau makan apa kamu di sana,
Aku gak tau sudah mandi belum kamu jam sekarang,
Aku gak tau pakai baju warna apa sekarang,
Aku gak tau apa yang kamu rasakan sekarang,

Cup, setiap aku merasa khawatir, aku hanya bisa melihat foto kamu di hp
Sambil membayangkan tulisan cerita yang telah kita buat bersama.
Dengan ditemani sinar  rembulan membayangkan bahwa kita itu selalu dekat,
Dan di teras rumah aku merenung ,
Ah, bukankahTembok Berlin yang kokoh seperti itu bakal runtuh juga,
Ah, bukankah awal kita merajut banyak yang mencibir,tapi selalu terpatahkan,
Ah, bukankah selama ini kita sering bertengkar tapi rujuk kembali,
Bukankah cerita cinta kita selalu digoyang, diragukan, digoyahkan, dan dipertanyakan,
Dan bukankah sampai sekarang kita masih bersama,
Dan jika kita mau, semua bisa terjadi.
Aku sadar, aku harus yakin,

Aku yakin,
Pertanyaan yang muncul pasti akan segera terjawab.
Dan hey,
Setelah kamu telah menjadi besar nanti,
Ketika kamu merasa lelah berpetualang,
Ketika kamu ingin istirahat,
Ketika kamu ingin berteduh,
Pulanglah...
Tanpa kamu mengetuk, pintu ini akan selalu terbuka untukmu,
Pelukanku selalu sama untukmu,
Jangan khawatir, aku akan menyiapkan semuanya biar kamu bisa nyaman berteduh,
Aku tidak akan menyerah sampai badan, pikiran dan hati ini diistirahatkan oleh-Nya, 
Ketika kamu tanya mengapa aku seperti ini, aku pun tidak tahu,
Aku hanya meyakini yang aku yakini...
Aku berjuang untuk yang aku yakini...
Dan ketika kamu tanya kenapa kamu bisa yakin,
Aku jawab, aku sendiri tidak tahu biar hati ini yang jawab, tanyakan padanya, 
Ini bukan rayuan, puisi, atau sajak, ini hanya usahaku untuk menjawab pertanyaan yang mengganggu pikiranku,
AhSudahlah mungkin memang aku hanya sedang terlalu sangat rindu.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar